Pages

Subscribe:

Labels

Rabu, 01 Februari 2012

Cinta? jangan malu mengatakannya



"Dear Mentari... aku tahu tiap hariku tak kan lewat tanpa sinarmu. Pun kini rasanya namamu telah mengisi ruang-ruang hati. Ada sepucuk harapan yang kadang timbul lalu pergi, bahwa diri ini selalu mencari kapan waktunya tiba untuk menjemputmu turun, ke sini".

Ummi,
Tahukah kamu, bahwa kalimat-kalimat di atas telah terukir dalam dadaku semenjak aku belum mendapatkanmu. Walau sederhana, namun ia mewakili hasrat hatiku untuk mendapatkan seorang mentari, seperti dirimu.
Ummi,
Tak terhitung ucap syukurku saat Dia membawamu ke hadapanku, saat itu. Saat kamu berkenan untuk membagi hidupmu denganku, saat kamu menyambut tawaranku untuk meminangmu, saat ikrar itu kulantunkan dan mulai detik itu kamu kan menghabiskan hari denganku, saat itu.
Mulai saat itu, 
Rasanya tak terhitung keindahan yang telah kamu suguhkan padaku. Melalui senyum yang kulihat setiap memulai hari, melalui tutur katamu yang bak nyanyian bidadari, melalui belai lembutmu yang telah menghapus penatku, melalui tawamu yang menyegarkan hatiku, ... semua itu adalah keindahan tak berbilang yang tak sanggup lagi kuuraikan.
Mulai saat itu,
Tak sanggup pula kuhitung bilangan bubuk cinta yang telah kau taburkan, hingga laksana heroin-ia telah kuhirup dan memabukkanku sampai kini. Ketika kau basuh lukaku dengan kelembutanmu, kala aku terjatuh hingga tersungkur-dan kau memapahku hingga berdiri. Ketika kau hapus air mataku dengan kesabaranmu, kala langkahku tertatih-nyaris tak sanggup lagi menghadapi kesulitan yang pernah kita hadapi-dan kau memberikan kasihmu dengan caramu hingga tangisku berubah menjadi senyumku. Dan aku semakin cinta.
Mencintaimu,
Adalah memiliki kedua permata kecil kita, Dan aku seolah tak menginginkan apapun lagi.
Mencintaimu,
Adalah memiliki rumah sederhana kita, Dan di sanalah selalu tempatku kembali.
Mencintaimu,
Adalah memiliki seluruh detik yang telah kita lewati bersama, Dan dengannya kupersembahkan cinta ini. Walau tak terucapkan, walau mungkin tak kau rasakan, tapi percayalah, diriku mencintamu.
Mentariku,
Kau menghangatiku di sini.

-Inciden in my life-
Menyatakan cinta kadang menjadi hal yang tidak familiar dan terasa vulgar untuk dilakukan. Sebagian orang bilang, cinta itu tak perlu dinyatakan, namun tercermin dari perilaku. Cinta itu tak perlu diperdengarkan bak rayuan gombal anak-anak muda yang sedang kasmaran, sebab cinta bisa diperlihatkan dari sikap dan tingkah laku.
Benarkah demikian?
Di saat lelah mulai merayapi hari-hari kebersamaan bersama pasangan tercinta, di saat waktu telah membuka setiap celah kelemahan dan membentangkan kenyataan dari sosok pasangan yang mendampingi kita, di saat segala bentuk persiapan dan perencanaan hidup mulai menguakkan keberhasilan atau kegagalan, di saat kita mulai menyadari betapa berartinya ia yang telah menjadi penopang kala kita lemah, penyemangat kala diri ini lelah, penghibur kala terserang gundah, ia telah menjadi teman sejati.
Jadi,
Masihkah ragu menyatakan cinta padanya? 

Apakah "internet sehat" akan terwujudkan?



Saat ini perkembangan teknologi informasi yang ditandai dengan boomingnya internet memang sulit dibendung. Dan ini membawa perubahan yang sangat besar pula bagi kehidupan manusia. Kini kita dibuat mudah dalam memperoleh informasi maupun dalam mengetahui berbagai peristiwa di belahan bumi manapun sekarang dengan adanya internet. Begitu pula dalam hal komunikasi maupun transaksi jual beli bisa dilakukan tanpa harus beranjak dari kursi atau tempat tidur anda. Seolah-olah dunia saat ini sudah dalam genggaman tangan kita.


Tapi bagaimanakah dampak yang timbul dari boomingnya internet di negeri kita ini? Yang jelas selain berdampak positif bagi perkembangan bangsa ini, disisi lain dipastikan ada juga dampak negatifnya. Sebagai contoh, ketika video porno beberapa artis negeri ini beredar di duniamaya, berapa juta orang yang mengakses dan mengunduhnya lewat internet? Kita tak bisa menutup mata dan telinga akan hal ini. Dampak buruk inilah yang paling dirisaukan oleh kita-kita terutama para orangtua yang peduli akan nasib bangsa ini kedepannya. Semua informasi apapun bisa kita peroleh di internet termasuk informasi yang tidak layak di konsumsi. Salah satunya informasi bermateri kekerasan dan pornografi itu tadi. Internet tidak hanya bisa diakses lewat komputer saja tapi sekarang hampir semua produk telepon genggam yang beredar saat ini sudah dibenamkan fitur browser atau peramban web yang bisa dengan mudah mengakses internet.


Mari kita lihat di kehidupan sehari-hari di lingkungan kita, bagaimana sekarang anak-anak Sekolah Dasar saja sudah membawa telepon genggam disaku mereka. Mungkin tidak salah juga para orang tua memberikan telepon genggam itu pada anak-anak mereka. Toh sekarang harga sebuah telepon genggam dengan fitur yang komplit saja begitu murah. Dan alat komunikasi itu diberikan supaya mereka para orang tua bisa memantau kegiatan anaknya di luar rumah. Di lihat dari segi efektifitas memang baik, tapi sejauh mana para orang tua mengawasi anak-anak mereka yang masih Sekolah Dasar itu dalam memfungsikan alat komunikasi ini? Seringkah mereka para orang tua melihat-lihat isi dari telepon genggam anak-anak mereka? Ya, sebaiknya sih serajin mungkin, sebab dengan adanya teknologi peramban web dan teknologi bluethooth yang sudah dibenamkan di telepon genggam saat ini, anak-anak itu bisa dengan mudah mengunduh dari internet dan berbagi file, baik itu berupa gambar maupun video dengan teman-teman mereka. Dan yang di khawatirkan adalah mereka berbagi file yang bermateri kekerasan dan pornografi yang tidak pantas dilihat oleh mereka. Sebab mereka belum bisa mem-filter mana yang baik dan mana yang buruk.


Belum lagi sekarang bisnis warnet sedang menjamur di negeri kita. Terutama di perkampungan di kota-kota besar, seiring mulai murahnya biaya akses internet. Mungkin bisnis ini menjanjikan keuntungan lebih besar pada saat ini karena dalam lingkup satu RW saja bisa ada 3 atau 4 warnet berdiri. Saya ambil sampel ini di Bandung, dimana saya bertempat tinggal. Bisa dibayangkan berapa banyak dalam satu lingkup kelurahan, kecamatan atau lingkup yang lebih besar lagi yaitu dalam satu kota. Anda mungkin bertanya, mengapa saya begitu risau dengan begitu menjamurnya warnet-warnet ini? Bukankah ini pertanda suatu kemajuan bahwa saat ini kita dimudahkan dalam mengakses berbagai macam informasi yang kita butuhkan. Memang benar dan saya setuju sekali dengan pendapat itu. Tapi pernahkah kita melihat dan coba masuk untuk mengetahui siapa sebenarnya pengakses internet terbesar di warnet-warnet itu?Lagi-lagi pengakses terbesar adalah anak-anak!! Ya, dan dari 10 warnet yang saya singgahi, hampir 60 persen mungkin lebih pengakses internet adalah anak-anak Sekolah Dasar. Mengapa mereka begitu antusias? Apa yang mereka akses? Selain game online tentunya, juga adalah jejaring sosial Facebook. Selebihnya Youtube, Twitter dan situs-situs yang kita tidak tahu apa lagi yang mereka kunjungi. Ini mungkin yang sedikit saya tahu, tapi ada kekhawatiran lain saya yaitu hampir dari semua warnet-warnet itu dibuat bersekat-sekat. Hingga sesama pengguna tidak bisa saling melihat. Memang lebih nyaman, tapi sungguh tidak sehat bagi anak-anak pengakses internet. Bagaimana kalau yang diakses anak-anak itu adalah situs porno? Karena tak ada pengawasan yang ketat dari pemilik warnet memungkinkan mereka bisa saja mengakses situs-situs porno itu.


Oleh sebab itu dibutuhkan tanggungjawab moral bagi para pemilik warnet untuk sesegera mungkin mengubah bentuk sekat-sekat itu menjadi lebih terbuka, supaya mereka bisa mengawasi anak-anak generasi penerus bangsa ini dalam mengakses internet. Dan Ini cenderung lebih baik, karena walau bagaimanapun juga internet yang sehat bisa menjadikan anak-anak itu menjadi pribadi-pribadi yang hebat yang nantinya berguna untuk kemajuan bangsa ini ke depan.

Selain itu tanggung jawab terbesar ada pada orangtua, guru dan negara ini tentunya. Sejauh mana kepedulian para orang tua mengawasi anak-anak mereka diluar rumah terutama dalam kegiatan ber-internet. Dan juga para guru, sejauh mana mereka melek terhadap internet. Jangan sampai pepatah “Guru kencing berdiri, murid kencing berlari” berubah artinya dijaman sekarang ini menjadi “Guru tetap berdiri statis tak ada kemajuan dalam hal ilmu dan teknologi, sedangkan muridnya berlari kencang meninggalkan jauh dibelakang gurunya dalam memahami ilmu dan teknologi”. Sungguh ironis kalau hal ini terjadi dan semoga ini bukan realita yang terjadi saat ini.



Sebagai benteng paling utama sebenarnya ada pada negara yang diwakili oleh pemerintahan saat ini. Sebagai regulator, sejauh mana keseriusannya dalam hal mengawasi dan memblok situs-situs porno serta situs-situs konten berbahaya lainnya. Karena dalam sebuah artikel yang pernah saya baca, Indonesia termasuk dalam sepuluh besar negara pengakses internet dengan kata kunci xxx, sex dan porn. Berlomba-lomba dengan negara Pakistan, Afrika Selatan, Bolivia, Turki, India, Vietnam dan Kroasia. Sungguh mengerikan sekali bukan? Mau dibawa kemana negara ini bila generasi penerus bangsa ini hancur hanya karena menerapkan cara ber-internet yang tidak sehat?

Tidak cukup hanya berteori, tetapi mari kita beraksi agar anak-anak tidak terkontaminasi oleh hal- hal yang bersifat tidak mendidik, yang akan menyebabkan mereka menjadi generasi penerus bangsa yang kerdil, yang terus menerus terjajah secara politik, ekonomi maupun budaya oleh bangsa-bangsa lain.





Ada sedikit saran bagi orangtua, guru atau para pendidik juga semua orang di negeri ini yang peduli pada generasi penerus bangsa ini agar mereka tidak terjerumus dalam hal-hal yang tidak sehat terutama dalam mengakses internet.



Demikianlah dari saya semoga dapat berperan dalam mewujudkan internet sehat.

= = =



Ardiri Annisa H